KEUANGAN
 

Asuransi VS Dana Darurat, Lebih Penting Mana?

by Rifda Arum Adhi Pangesti - 24 Apr 2025 - Reviewed by Lia Andani.

 

Pada kondisi perekonomian seperti sekarang ini, ada banyak hal yang harus kamu pertimbangkan supaya dapat bertahan hidup hingga kedepannya. Mulai dari asuransi hingga dana darurat. 

Seperti namanya, dana darurat memiliki “aturan” untuk dipergunakan hanya saat darurat saja. Misalnya saat kamu terkena PHK, sakit keras, atau kebutuhan mendesak lainnya. 

Sementara asuransi pasti telah diberikan oleh kantor tempatmu bekerja. Namun, bagaimana jika kamu masih berstatus kontrak atau freelance sehingga belum memperoleh tunjangan asuransi tersebut? Tentu saja tetap harus mendaftarkannya secara mandiri. 

Lantas, lebih penting mana asuransi atau dana darurat supaya kamu tetap memperoleh perlindungan finansial hingga kedepannya?

Yuk, simak penjelasannya berikut ini!

 

Lebih Penting Asuransi atau Dana Darurat?

Berdasarkan jurnal penelitian Perencanaan Dana Darurat, menyatakan bahwa asuransi adalah salah satu produk dari dana darurat. Artinya, asuransi itu juga penting sebagai bagian dari dana darurat. 

Dalam konteks ini, asuransi menjadi dana darurat yang dapat digunakan terutama ketika kamu mengalami cedera, kecelakaan, melahirkan, terkena vonis penyakit serius, atau bahkan kendaraanmu rusak berat. 

Jadi, pertanyaan lebih penting asuransi atau dana darurat maka jawabannya adalah keduanya sama-sama penting. Mengingat asuransi juga bagian dari dana darurat.

Ada banyak produk dana darurat yang perlu kamu pertimbangkan selain asuransi, yakni:

  • Menabung di rekening bank
  • Deposito
  • Reksa dana sesuai profil risiko
  • Logam mulia alias emas

 

Baca Juga: 8 Tips Menabung Dana Darurat Tanpa Stress, Sesuaikan Kondisi Finansialmu!

 

Berapa Standar Nominal Dana Darurat?

Kisaran jumlah dana darurat tidaknya harus mampu memenuhi kebutuhan operasional selama 3-6 bulan. 

Sebenarnya, setiap individu itu memiliki kisaran dana darurat masing-masing, bergantung pada kebutuhan dan kewajibannya. Jadi, sekalipun kamu dan temanmu bekerja di posisi yang sama, tetapi bukan berarti kisaran dana daruratnya juga sama. 

Misalnya kamu adalah seorang yang belum memiliki pasangan, maka besaran dana darurat akan lebih kecil daripada yang sudah berkeluarga. 

Berikut ini contoh besaran dana darurat berdasarkan siklus hidup:

  • Berstatus single = 3-6 kali lipat dari pengeluaran per bulan
  • Punya pasangan dengan 1 anak = >6-9 kali lipat dari pengeluaran per bulan
  • Punya pasangan dengan 2 anak = >9-12 kali lipat dari pengeluaran per bulan
  • Punya pasangan dengan 3 anak = >12-15 kali lipat dari pengeluaran per bulan

 

Mengapa besaran nominal dana darurat berada di rentang angka 6-12 kali lipat dari pengeluaran per bulan? Karena jika individu tersebut mengalami musibah dan memiliki dana darurat sebesar 3x lipat dari pengeluarannya per bulan, artinya dia dapat memenuhi kebutuhan selama 3 bulan. 

Misalnya orang tersebut terkena musibah berupa terkena PHK, maka setidaknya selama 3 bulan dia dapat bertahan hidup dengan tetap berupaya mendapatkan pekerjaan baru untuk bulan keempat. 

Dalam menghitung kisaran dana darurat, memang tidak ada perhitungan angka, nominal, dan persentase secara pasti. Hal itu karena nominal dana darurat memang bergantung pada kebutuhan masing-masing.

Apalagi jika ternyata individu tersebut merupakan generasi sandwich atau masih membiayai pendidikannya seorang diri, maka nominalnya akan lebih besar daripada mereka yang berstatus single dan tidak memiliki tanggungan apapun kecuali dirinya. 

 

Baca Juga: Pentingnya Literasi Keuangan Buat Milenial dan Gen Z

 

Cara Menghitung Dana Darurat

Cara menghitung dana darurat secara sederhana adalah dengan mengalokasikan 10%-20% dari penghasilan bulanan. 

Jika kamu sering membaca serba-serbi cara menabung, pasti terdapat cara berupa strategi 50-30-20; dimana 20% dialokasikan sebagai dana darurat. 

Nah, sebenarnya nominal persenan tersebut juga tidak sepenuhnya akurat karena memang bergantung pada masing-masing kondisi finansial dan kebutuhan individu. 

Jadi, kamu bisa menggunakan nominal 10% maupun 20%, bergantung dari seberapa banyak kebutuhan sehari-harimu. 

 

Misalnya, gaji bulananmu adalah Rp6 juta. Maka, sisihkan 20% dari Rp6.000.000 yakni Rp1.200.000 untuk dana darurat. 

Namun, jika kamu hendak menggunakan 10% dari Rp6.000.000, maka sisihkan Rp600.000 sebagai dana darurat. 

 

Contoh Hitungan Dana Darurat

Ada banyak aspek yang melatarbelakangi perbedaan nominal hitungan dana darurat ini. Mulai dari status, biaya kebutuhan sehari-hari, angsuran, dan lainnya. 

Contoh 1:

Metawin memiliki gaji Rp7.000.000, statusnya single, bukan generasi sandwich, tidak membayar sewa rumah/kos, tidak membayar tagihan rutin bulanan, dan bahkan tidak punya cicilan utang KPR.

Maka setidaknya, Metawin harus menyisihkan 20% dari Rp7.000.000 yakni Rp1.400.000 sebagai dana darurat.

 

Contoh 2:

Naravit memiliki gaji Rp7.000.000, statusnya single. Dirinya adalah seorang generasi sandwich yang harus membayar sewa rumah, tagihan rutin bulanan (listrik, wifi, air), dan bahkan ikut membiayai kehidupan orang tua beserta adiknya. 

Melihat keadaan ekonomi Naravit, maka sebaiknya menyisihkan 10% saja untuk dana darurat karena ada banyak yang harus dicukupi. 

Maka, setidaknya Naravit harus menyisihkan 10% dari Rp7.000.000 yakni Rp700.000 sebagai dana darurat. 

Namun perlu diperhatikan juga, apabila nominal Rp700.000 itu masih terlalu besar sebagai dana darurat, maka bisa dipotong menjadi Rp500.000 yang bisa disisihkan. 

 

Itulah mengapa, hitungan dana darurat setiap individu itu berbeda-beda. Bergantung pada apa saja kebutuhan, angsuran, dan hal-hal yang harus dipenuhi melalui penghasilan bulanan tersebut. 

 

Baca Juga: Financial Freedom - Pengertian dan Cara Mencapainya!

 

Beli Asuransi Jiwa atau Beli Asuransi Kesehatan?

Nah, apabila dana darurat sudah terkumpul sesuai dengan pendapatan dan pengeluaranmu, maka alokasikan pada beberapa produknya. 

Ada beberapa pilihan seperti asuransi atau menginvestasikannya pada reksa dana. 

Jika kamu memilih asuransi sebagai produk alokasi dana darurat, maka pertimbangkan lagi apakah itu berupa asuransi jiwa atau asuransi kesehatan?

Eits, jangan sepelekan asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan hanya karena kamu masih muda. Proteksi jiwa dan kesehatan ini justru akan kamu syukuri saat sudah berada di fase lanjut usia kelak. 

Lantas, mana yang lebih penting asuransi jiwa atau asuransi kesehatan? Maka jawabannya adalah kedua jenis asuransi ini sama-sama penting dan wajib menjadi prioritas. 

 

Asuransi Jiwa

Asuransi jiwa itu tidak melulu tentang kematian, justru tentang bagaimana anggota keluargamu dapat meneruskan kehidupan, terutama setelah kamu一sebagai pencari nafkah一meninggal dunia. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa bisa saja kamu dapat meninggal dunia lebih dulu daripada anggota keluargamu. Hal ini memang akan menyeramkan untuk dibahas, tetapi tetap menjadi kenyataan yang harus dihadapi. 

Baik kamu seorang tulang punggung keluarga maupun sandwich generation, pasti sangat diandalkan oleh para anggota keluarga. 

Nah, melalui asuransi jiwa ini nantinya para anggota keluarga yang ditinggalkan akan memperoleh Uang Pertanggungan (UP) yang dapat dicairkan. 

 

Asuransi Kesehatan

Berdasarkan  PP Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan, ada sekitar 21 penyakit yang tidak dapat ditanggung BPJS Kesehatan. 

Ditambah lagi fakta bahwa biaya kesehatan itu biayanya kian mahal, sehingga kamu pasti selalu ingin mendapatkan perawatan kesehatan yang terbaik一baik untuk diri sendiri maupun anggota keluarga. 

Nah, asuransi kesehatan ini dapat men-cover seluruh layanan rawat jalan, rawat inap, rawat bedah, hingga rawat melahirkan. 

Khusus kamu menginginkan pelayanan rawat melahirkan yang maksimal, maka sebaiknya juga memikirkan asuransi kesehatan ini. 

 

Baca Juga: Fixed Income - Pengertian, Risiko, Tipe Investor, dan Obligasi Sebagai Alternatifnya

 

Siap Berinvestasi Untuk Dana Darurat?

Nah, itulah pertimbangan antara asuransi dan dana darurat yang sama pentingnya. Salah satu produk dana darurat yang bisa kamu alokasikan adalah investasi reksa dana. 

Reksa dana itu juga memiliki banyak jenisnya, bergantung pada profil risiko. Namun apabila kamu ingin investasi saham, maka bisa saja terutama pada saham blue-chip

Pemilihan instrumen investasi untuk dana pensiun ini bergantung pada masing-masing profil investor. Kamu bisa memilih instrumen saham, seperti pada BBCA dan BBRI yang mana dalam 5 tahun cenderung dapat memberikan return stabil. 

Berhubung sekarang ini segalanya sudah serba canggih, maka kamu bisa membeli sekaligus memantau saham, reksa dana, maupun obligasi yang stabil hanya melalui aplikasi saja, salah satunya InvestasiKu

Jangan khawatir sebab aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga aman dan terpercaya. Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik. 




 
Share this article via :
whatsapp-investasiku
 
InvestasiKu-footer
 

#YukInvestasiKu For Better Tomorrow

Download aplikasi InvestasiKu di Android, iOS, dan Windows serta nikmati kemudahan berinvestasi saham, reksa dana, obligasi, dan rencana keuangan

 
Download di Google Play Download di App Store Download desktop version
 

InvestasiKu adalah produk dari PT Mega Capital Sekuritas

Menara Bank Mega, Lantai 2, Jalan Kapten Tendean Kavling 12-14A,
RT 002/RW 002, Kelurahan Mampang Prapatan,
Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Kode Pos 12790

Telepon : 021-79175599
Email : customer.care@investasiku.id
WhatsApp : +6282260904080

 
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Spotify
  • LinkedIn
  • Facebook
  • Twitter
Eduvest
 

©2025 InvestasiKu. All rights reserved.

InvestasiKu adalah aplikasi finansial yang dikelola dan dikembangkan oleh PT Mega Capital Sekuritas, dengan misi membuka akses lebih luas bagi masyarakat pada produk-produk keuangan dengan mudah, aman dan terjangkau. Semua transaksi saham, reksa dana, dan obligasi difasilitasi oleh PT Mega Capital Sekuritas sebagai broker saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sekaligus agen penjual reksa dana yang memiliki izin usaha dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan

OJK
KOMINFO