Menghitung dana darurat itu pasti nominal angkanya tidak akan sama dengan teman atau rekan kerjamu. Sekalipun kalian memiliki profesi dan jabatan yang sama, tetapi latar belakang keluarga masing-masing tentu berbeda.
Alhasil, cara menghitung dana darurat juga berbeda. Bagaimana tipsnya? Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
Standar Nominal Dana Darurat
Pada dasarnya, dana darurat adalah sejumlah uang yang sengaja disisihkan untuk digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat mendadak atau tidak terduga.
Hal-hal tidak terduga ini biasanya seperti sakit parah, kecelakaan, gajian terlambat, terkena PHK, atau bahkan pandemi, yang pastinya membutuhkan biaya tidak sedikit.
Kisaran jumlah dana darurat tidaknya harus mampu memenuhi kebutuhan operasional selama 3-6 bulan.
Sebenarnya, setiap individu itu memiliki kisaran dana darurat masing-masing, bergantung pada kebutuhan dan kewajibannya. Jadi, sekalipun kamu dan temanmu bekerja di posisi yang sama, tetapi bukan berarti kisaran dana daruratnya juga sama.
Misalnya kamu adalah seorang yang belum memiliki pasangan, maka besaran dana darurat akan lebih kecil daripada yang sudah berkeluarga.
Berikut ini contoh besaran dana darurat berdasarkan siklus hidup:
- Berstatus single = 3-6 kali lipat dari pengeluaran per bulan
- Punya pasangan dengan 1 anak = >6-9 kali lipat dari pengeluaran per bulan
- Punya pasangan dengan 2 anak = >9-12 kali lipat dari pengeluaran per bulan
- Punya pasangan dengan 3 anak = >12-15 kali lipat dari pengeluaran per bulan
Mengapa besaran nominal dana darurat berada di rentang angka 6-12 kali lipat dari pengeluaran per bulan? Karena jika individu tersebut mengalami musibah dan memiliki dana darurat sebesar 3x lipat dari pengeluarannya per bulan, artinya dia dapat memenuhi kebutuhan selama 3 bulan.
Misalnya orang tersebut terkena musibah berupa terkena PHK, maka setidaknya selama 3 bulan dia dapat bertahan hidup dengan tetap berupaya mendapatkan pekerjaan baru untuk bulan keempat.
Dalam menghitung kisaran dana darurat, memang tidak ada perhitungan angka, nominal, dan persentase secara pasti. Hal itu karena nominal dana darurat memang bergantung pada kebutuhan masing-masing.
Apalagi jika ternyata individu tersebut merupakan generasi sandwich atau masih membiayai pendidikannya seorang diri, maka nominalnya akan lebih besar daripada mereka yang berstatus single dan tidak memiliki tanggungan apapun kecuali dirinya.
Baca Juga: Pentingnya Literasi Keuangan Buat Milenial dan Gen Z
Cara Menghitung Dana Darurat
Cara menghitung dana darurat secara sederhana adalah dengan mengalokasikan 10%-20% dari penghasilan bulanan.
Jika kamu sering membaca serba-serbi cara menabung, pasti terdapat cara berupa strategi 50-30-20; dimana 20% dialokasikan sebagai dana darurat.
Nah, sebenarnya nominal persenan tersebut juga tidak sepenuhnya akurat karena memang bergantung pada masing-masing kondisi finansial dan kebutuhan individu.
Jadi, kamu bisa menggunakan nominal 10% maupun 20%, bergantung dari seberapa banyak kebutuhan sehari-harimu.
Misalnya, gaji bulananmu adalah Rp6 juta. Maka, sisihkan 20% dari Rp6.000.000 yakni Rp1.200.000 untuk dana darurat.
Namun, jika kamu hendak menggunakan 10% dari Rp6.000.000, maka sisihkan Rp600.000 sebagai dana darurat.
Contoh Hitungan Dana Darurat
Ada banyak aspek yang melatarbelakangi perbedaan nominal hitungan dana darurat ini. Mulai dari status, biaya kebutuhan sehari-hari, angsuran, dan lainnya.
Contoh 1:
Metawin memiliki gaji Rp7.000.000, statusnya single, bukan generasi sandwich, tidak membayar sewa rumah/kos, tidak membayar tagihan rutin bulanan, dan bahkan tidak punya cicilan utang KPR. Maka setidaknya, Metawin harus menyisihkan 20% dari Rp7.000.000 yakni Rp1.400.000 sebagai dana darurat.
Contoh 2:
Naravit memiliki gaji Rp7.000.000, statusnya single. Dirinya adalah seorang generasi sandwich yang harus membayar sewa rumah, tagihan rutin bulanan (listrik, wifi, air), dan bahkan ikut membiayai kehidupan orang tua beserta adiknya.
Melihat keadaan ekonomi Naravit, maka sebaiknya menyisihkan 10% saja untuk dana darurat karena ada banyak yang harus dicukupi.
Maka, setidaknya Naravit harus menyisihkan 10% dari Rp7.000.000 yakni Rp700.000 sebagai dana darurat.
Namun perlu diperhatikan juga, apabila nominal Rp700.000 itu masih terlalu besar sebagai dana darurat, maka bisa dipotong menjadi Rp500.000 yang bisa disisihkan.
Itulah mengapa, hitungan dana darurat setiap individu itu berbeda-beda. Bergantung pada apa saja kebutuhan, angsuran, dan hal-hal yang harus dipenuhi melalui penghasilan bulanan tersebut.
Baca Juga: Financial Freedom - Pengertian dan Cara Mencapainya!
Mau Mengalokasikan Dana Darurat Pada Produk Investasi?
Nah, itulah cara menghitung dana darurat yang wajib dipahami setiap orang supaya siap dalam menghadapi hal-hal darurat yang bakal terjadi kedepannya.
Dalam menghitung kisaran dana darurat, tidak ada perhitungan angka, nominal, dan persentase secara pasti. Hal itu karena nominal dana darurat memang bergantung pada kebutuhan masing-masing.
Lagipula saat ini, sudah ada banyak bentuk money market yang dapat kamu gunakan untuk mengalokasikan dana darurat. Selain aman, juga dapat menambah keuntungan, seperti saham, reksa dana, maupun obligasi.
Berhubung sekarang ini segalanya sudah serba canggih, maka kamu bisa membeli sekaligus memantau saham, reksa dana, maupun obligasi yang stabil hanya melalui aplikasi saja, salah satunya InvestasiKu.
Jangan khawatir sebab aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga aman dan terpercaya. Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.