Pernah gak sih kamu merasa ketinggalan tren di pasar saham? Pas lihat teman-teman atau bahkan influencer udah pada beli saham A, kamu buru-buru ikut.
Namun anehnya, begitu kamu beli, harganya malah turun.
Tenang aja, kamu nggak sendiri. Memang kebanyakan investor pemula selalu mengalami hal serupa karena cenderung masih FOMO alias takut ketinggalan trend.
Jadi, mereka masuk pasar saat suasana ramai. Tanpa sadar, mereka justru beli di harga atas, yang mana ketika mayoritas orang sudah untung dan siap keluar.
Nah, di sinilah strategi contrarian datang sebagai pendekatan alternatif yang melawan arus, sekaligus jadi jalan menuju cuan besar.
Apa Itu Strategi Contrarian?
Contrarian adalah strategi investasi atau trading yang dilakukan dengan melawan arah mayoritas pelaku pasar.
Artinya, ketika kebanyakan orang sedang optimis dan membeli, contrarian justru bersikap hati-hati atau mulai menjual.
Sebaliknya, saat pasar panik dan harga turun tajam, contrarian justru mulai belanja.
“Kalau semua orang serakah, dia takut.
Kalau semua orang takut, dia justru mulai berani.”
Ditambah lagi, zaman sekarang sudah serba media sosial, jadi, FOMO makin mudah terjadi.
Orang bisa beli saham hanya karena viral di TikTok, direkomendasikan oleh influencer, atau memang karena FOMO saja.
Di saat seperti inilah, strategi contrarian menjadi semakin penting.
Lewat strategi ini, seolah mengingatkan bahwa cuan bukan didapat dari ikut-ikutan, tapi dari pengambilan keputusan yang tenang dan rasional.
Baca Juga: Trading Halt - Pengertian, Penyebab, dan Rekam Jejak Sejarahnya di Indonesia
Filosofi di Balik Strategi Contrarian
Strategi contrarian hanya berlandaskan pada satu keyakinan saja: Pasar seringkali bereaksi berlebihan terhadap berita dan sentimen.
Contoh: Saat ada berita buruk tentang perekonomian global, banyak orang langsung menjual saham tanpa memeriksa apakah emiten yang bersangkutan benar-benar terdampak.
Sebaliknya, saat ada kabar bagus, orang beramai-ramai beli saham tanpa melihat valuasi.
Harga pun naik terlalu tinggi, dan pada akhirnya bisa jatuh lagi karena tidak sebanding dengan nilai sebenarnya.
Investor contrarian melihat ketakutan dan euforia sebagai sinyal penting, bukan sebagai petunjuk arah.
Mereka percaya, justru dalam situasi tidak rasional itulah peluang terbaik muncul.
Sayangnya, banyak orang masih salah kaprah dengan strategi ini.
Strategi contrarian bukan berarti selalu melawan pasar.
Namun, yang dilawan adalah emosi pasar yang tidak rasional, bukan tren yang didukung oleh data dan fakta.
Jadi contrarian juga tetap butuh data, riset, dan analisa yang kuat. Bukan asal beda atau nekat saja.
Perbedaan Contrarian dan Mayoritas
Coba deh kamu lihat perbandingannya secara sederhana dalam tabel berikut ini!
Situasi Pasar |
Investor Secara Umum |
Strategi Contrarian |
Saham sedang naik tajam |
Beli |
Mulai jual/menghindari |
Saham sedang anjlok |
Panik dan kemudian jual |
Mulai beli |
Berita bagus |
Optimis |
Hati-hati |
Berita buruk |
Takut |
Menganalisis dan cari peluang |
Baca Juga: Diversifikasi Portofolio - Strategi Cerdas Mengurangi Risiko Investasi, Berikut Konsepnya!
Contoh Nyata: Ketika Pasar Panik, Contrarian Masuk
Salah satu contoh paling nyata dari penerapan strategi contrarian ini saat pandemi Covid-19 awal tahun 2020 silam.
Kala itu, pasar saham Indonesia (IHSG) anjlok dari 6.300 ke bawah 4.000 dalam waktu singkat. Banyak investor panik dan menjual saham mereka.
Namun, investor contrarian justru melihat ini sebagai peluang langka.
Mereka mulai membeli saham-saham blue chip seperti BBCA, TLKM, atau ASII di harga diskon.
…dan benar saja! Satu tahun kemudian, pasar pulih dan saham-saham tersebut naik signifikan.
Dalam beberapa kasus, bahkan keuntungannya mencapai lebih dari 50%!
Siapa yang Cocok Jadi Contrarian?
FYI, gak semua orang cocok jadi investor contrarian. Kenapa? Karena strategi ini membutuhkan orang-orang dengan ciri berikut ini:
1. Mental yang Tangguh
Kamu harus siap beda sendiri.
Di saat semua orang bilang “jual!” kamu malah beli.
Bagi pemula, mungkin itu bisa terasa menakutkan, apalagi jika kamu sendiri tidak yakin dengan analisis.
2. Uang Dingin
Berhubung saham yang dibeli saat pasar panik belum tentu langsung naik, maka kamu seharusnya pakai uang dingin.
Mengingat kamu harus siap nunggu, kadang berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Jadi, penting untuk pakai dana yang memang tidak kamu butuhkan dalam waktu dekat alias uang dingin.
3. Analisis Fundamental yang Kuat
Kamu harus bisa membedakan mana saham yang benar-benar murah, dan mana yang murahan.
Jangan sampai karena strategi contrarian, kamu malah beli saham jelek yang akhirnya makin turun.
Tips Praktis Menjadi Investor Contrarian
Jika kamu tertarik menerapkan strategi ini, coba deh mulai praktikkan tips praktisnya berikut!
1. Jangan Terburu-buru
Ingat, jangan pernah terburu-buru.
Tunggu hingga sentimen negatif benar-benar membuat harga turun signifikan.
Lalu lihat apakah secara fundamental, emiten tersebut tetap sehat.
2. Buat Watchlist
Pantau saham-saham bagus dan catat harga wajar mereka.
Jadi, saat harganya jauh di bawah nilai wajar karena sentimen negatif, langsung bisa menjadi sinyal masuk.
3. Tetap Diversifikasi
Seperti perumpamaan, “jangan taruh semua telur di satu keranjang”.
Jadi, kamu tetap harus diversifikasi portofolio. Tetap sebar risiko dengan membagi portofolio ke beberapa saham yang undervalued.
4. Fokus ke Jangka Panjang
Strategi contrarian sangat cocok untuk jangka menengah hingga panjang.
Ingat, jangan berharap cuan instan.
Baca Juga: BEI Terapkan Aturan Baru Perdagangan Saham & Penanganan Krisis Pasar, Apa Saja yang Berubah?
Siap Berinvestasi dengan Strategi Contrarian?
Strategi contrarian bukan jalan yang mudah, tapi tetap bisa jadi jalan paling masuk akal jika kamu ingin jadi investor yang benar-benar cuan dan tahan banting.
Nah, kamu bisa menerapkan strategi ini lewat aplikasi saja, salah satunya InvestasiKu. Jadi, kamu dapat berinvestasi untuk mengoptimalkan keuangan perusahaan hanya lewat aplikasi saja.
Jangan khawatir sebab aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga aman dan terpercaya. Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.