Portofolio menjadi hal utama yang harus diperhatikan oleh investor pemula dan profesional. Wajar saja sebab portofolio ini berisikan gabungan dari berbagai aset riil maupun finansial yang dimiliki oleh sang investor.
Yap, sebuah portofolio investasi sebaiknya tidak hanya berisikan satu instrumen investasi saja, melainkan berbagai instrumen untuk mengurangi risiko investasi. Hal itu dinamakan sebagai diversifikasi portofolio. Bagaimana konsepnya? Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
Konsep Dasar Diversifikasi Portofolio
Jika melihat pada KBBI, kata diversifikasi berarti ‘penganekaan usaha untuk menghindari ketergantungan pada ketunggalan kegiatan, produk, jasa, atau investasi’.
Dalam konteks ini, maka diversifikasi mengacu pada keanekaragaman instrumen investasi yang dimiliki oleh investor dan dikumpulkan menjadi satu.
Ada sebuah teori yang dicanangkan oleh seorang ahli ekonomi asal AS, Harry Markowitz, yang memunculkan dasar diversifikasi portofolio.
Dalam teori tersebut menggarisbawahi “do not put all eggs in one basket” alias jangan meletakkan semua telur dalam satu keranjang. Risikonya adalah jika keranjang tersebut jatuh, maka semua telur tersebut akan pecah.
Artinya, ketika hendak berinvestasi maka sebaiknya jangan menginvestasikan seluruh dana pada satu instrumen investasi saja, melainkan pada berbagai instrumen investasi.
Demikian juga dengan investasi, jika satu instrumen investasi tersebut gagal, maka kamu akan merugi karena danamu tidak akan kembali.
Jadi, melalui strategi diversifikasi portofolio dengan mengalokasikan dana pada berbagai instrumen investasi justru akan mengurangi risiko investasi.
Sebenarnya, tidak ada batasan berapa instrumen saham, reksadana, maupun obligasi yang harus dimiliki supaya dapat disebut sebagai “diversifikasi”. Sekalipun kamu memiliki 20 saham dari emiten berbeda, maka sudah dianggap sebagai langkah cerdas untuk diversifikasi portofolio.
Investor pemula juga dapat meminimalisir risiko investasi dengan pembentukan diversifikasi portofolio ini. Lagipula, mengurangi nilai risiko tanpa mengurangi besaran return adalah tujuan semua investor ‘kan?
Anggap saja portofolio investasi milikmu hanya ada saham dan reksa dana. Maka seiring berjalannya waktu, dapat kamu tambahkan obligasi atau aset lain seperti emas.
Ada banyak pertimbangan mengapa kamu harus menambahkan obligasi dan emas, yakni perekonomian Indonesia yang berpeluang inflasi.
Katakanlah terjadi inflasi, memang obligasi akan memberikan hasil yang tidak diinginkan, tetapi justru baik untuk aset emas, sementara saham akan cukup tangguh.
Segala prospek keuntungan dan kerugian inilah yang menjadikan setiap instrumen investasi itu memberikan risiko. Seiring perubahan kondisi pasar ekonomi, kamu harus cerdas memiliki strategi investasi salah satunya dengan diversifikasi portofolio.
Baca Juga: 8+ Macam Investasi Beserta Kelebihan dan Kekurangannya, Apa Saja?
Tips Melakukan Diversifikasi Portofolio Untuk Meminimalisir Risikonya
Setelah kamu menempatkan dana pada berbagai instrumen investasi, maka tidak lantas bersantai gitu saja. Beberapa hal penting berikut perlu dilakukan supaya diversifikasi portofolio tetap stabil return-nya.
1. Pahami Risk Tolerance
Risk tolerance adalah tingkat risiko yang diambil oleh investor. Kamu harus memahami seberapa tingkat risiko yang bersedia diambil ketika berinvestasi.
Jika kamu terlalu takut dengan risiko investasi, maka sebaiknya memilih investasi yang stabil meskipun return tidak terlalu tinggi.
Ingat bahwa dalam investasi itu poin utamanya adalah high risk-high return?
2. Tentukan Alokasi Aset yang Tepat
Ada berbagai instrumen investasi yang dapat kamu alokasikan dana seperti saham, reksa dana, obligasi, maupun aset emas.
Pertimbangkan hal-hal sebelum memilih saham, reksa dana, maupun obligasi dengan memperhatikan profil risiko.
Berhubung setiap instrumen investasi itu memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, maka sesuaikan saja dengan kebutuhan dan kondisi finansialmu.
3. Lakukan Rebalancing Berkala
Rebalancing adalah strategi yang menyeimbangkan kembali komposisi aset pada portofolio supaya tetap sesuai dengan rencana awal.
Biasanya, dilakukan dengan menjual dan membeli sebagian instrumen saham supaya tetap seimbang.
Misalnya, kamu memiliki saham yang kebetulan nilainya naik banyak dan memberikan return besar. Nah, kamu dapat menjualnya sebagian, kemudian mengalihkan pada instrumen investasi lain yang kebetulan nilainya sedang rendah tetapi tetap berpotensi naik di masa depan.
4. Jangan Terburu-buru Mengubah Portofolio
Berkaitan dengan tips ke-3, kamu jangan gegabah langsung mengubah komposisi portofolio begitu saja. Lakukan sambil memperhatikan bagaimana situasi ekonomi yang terjadi saat itu.
Tak hanya itu, perubahan komposisi portofolio investasi yang terlalu sering justru memicu biaya transaksi tambahan.
Baca Juga: Penjelasan High Risk High Return Investasi Saham
Mau Memiliki Diversifikasi Portofolio yang Stabil?
Nah, itulah penjelasan tentang apa itu diversifikasi portofolio yang menjadi strategi jitu untuk memperoleh high-return dengan low-risk.
Berhubung sekarang ini segalanya sudah serba canggih, maka untuk membeli berbagai instrumen investasi seperti saham, reksa dana, maupun obligasi dengan rating apik hanya melalui aplikasi saja, salah satunya InvestasiKu.
Jangan khawatir sebab aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga aman dan terpercaya. Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.